THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Rabu, 27 Januari 2010

tak sempurna

Aku ingin segera pulang. Segera mengasingkan diri di dunia yang begitu nyaman untukku, untuk saat ini.
“Vel, sendiri aja??”, tanya Dika padaku yang saat itu sedang termangu menunggu bis yang nggak datang datang. Aku hanya menganggukkan kepala tanpa melihatnya. Sepuluh jerawat menempel anggun di pipiku. Bagaimana bisa aku memamerkan wajahku ini padanya?? Aku ingin dia segera pergi saja.


“Vel, kayaknya bakal lama de, kalau kayak gini. Udah ni hari panas banget lagi. Nebeng aku aja. Lagian, aku khan nglewatin rumahmu. . . .”
“Vel, uda ikut aku aja. .jam jam segini emang angkot pada penuh. ”, aku tak tau mau mengelak apa lagi. Dia menyodorkan helm, dan mau tidak mau aku pulang bersamanya. Sesekali dia memandangku lewat spion motornya.
Aku pandangi wajahku. Aku ingin membeli cermin mahal yang bisa membuatku bahagia saat aku memantulkan bayanganku. Berlama lama di depan kaca membuatku lapar. Aku tak peduli lagi. Sudah ku coba makan satu kali sehari selama seminggu, tapi satu ons saja beratku tak kunjung turun. Masa masa pertumbuhan seperti ini membuatku cepat merasakan lapar. Aku ingat saat itu. . . .
Saat pertama kali aku makan di kantin bersama Medi.
“Vel, kamu mau pesan apa??”, tanya Medi, temanku.
“Mie ayam aja Di.”, jawabku sambil menahan lapar sehabis pelajaran olah raga. Pelajaran terkutuk untukku.
Saat itu aku benar benar lapar, dan menghabiskan dua porsi mie ayam. Medi hanya memandangku dan menggeleng gelengkan kepala.
“Ni cewek nggak isa jaga badan banget sih. Udah gendut, kayak balon mau pecah, masih aja makan kayak nggak makan dua hari.”
Aku langsung ijin ke kamar mandi dan memuntahkan semua mie ayam yang sudah aku telan.
Ah, ingat hal itu, aku ingin sekali memusnahkan rasa lapar yang seakan menyiksaku. Namun, bagaimanapun rasa lapar selalu aku rasakan. Rasa lapar. Rasa tidak puas. Hari ini aku makan dua piring. Ternyata sepiring nasi, paha ayam, sup dan telur tak menghentikan keroncong yang sedari tadi menyanyi indah di perutku.
“Vel, cepetan turun. . . ni keluarga dari Padang udah pada datang. . . .”
“Velna capek mah. . .”
“Jangan gitu Vel. . .cepetan turun. . kasian mereka ke sini mau ketemu kamu. . .udah sepuluh tahun nggak ketemu khan?? Cepetan turun mama tungguin. . .dandan yang cantik ya sayang. . .”
Mama menghinaku. Bagaimana bisa aku seperti itu. Dandan yang cantik. . .
Perasaanku campur aduk saat aku menuruni tangga dan melihat tatapan mereka.
“Ih, anaknya Mbak Soni jelek amat. Masa udah SMA kayak gitu dandanannya?? Mana gendut, item, jerawatnya banyak lagi. Idih. . .”
Aku ingin segera kembali ke kamar dan mengunci pintu. Kamar, tempat paling aman untuk ku, dari tatapan tatapan yang seakan menghujamku. Aku menyalami mereka satu per satu. Dan tentu saja berusaha sangat keras untuk tersenyum sangat manis. Walaupun aku tahu, senyumku sangat garing.
“Velna sekarang udah gede ya. . .”, kata Om Tito, adik dari mama yang tinggal di Padang bersama istrinya.
“Velna, ini saudaramu yang dulu sering main sama kamu. . .Akbar. masih inget nggak??”, ucap Tante Hesti, istri Om Tito sambil membawa anaknya yang berpenampilan so cool itu untuk bersalaman denganku.
“Nggak salah ni Velna yang aku ajak main dulu?? Kok sekarang beternak jerawat??”. Aku ingin tidor saja!!
“Hai Vel, udah lama nggak ketemu. Apa kabar??”
“Hai Bar, iya. . .sudah lama kita nggak ketemu. Ehm, aku baik baik ajah. . .”, ucapku.
“Hai Bar,. . .iya. udah lama nggak ketemu. Pinginku, nggak usah ketemu sekalian. Aku tau pendapatmu tentang ternak jerawatku. Kabarku jelas ajah nggak baik. Mana bisa baik dengan tampilan kayak begini???”, batinku.
“Oya Tito,Hesti. . .ayo kalian makan dulu. . .pasti udah pada lapar khan?? Biar Velna yang nyiapain semuanya. Coba dibantu Akbar.” Mamah memang paling tahu yang bikin aku tersiksa.
“Oke, Tante. Ayo Vel.” Aku hanya mengangguk dan ke dapur bersamanya. Aku tak banyak bicara.
Hari Senin, sekolah seperti biasanya. Kakiku dengan berat hati melangkah ke sekolah. Melihat teman teman yang begitu langsing, cantik, dan terlihat berseri seri membuatku ingin muntah. Kapan pulang??
“Vel. . . .tungguin aku dong.”, panggil Medi.
“Aku memperlambat langkahku dan menengok ke arahnya.” Bila dibandingkan denganku, Medi adalah sosok anak SMA yang bling bling. Berat badan sekitar 45, dengan tinggi 165. Berkulit kuning langsat khas cewek Asia, dengan rambut seperti rambut artis iklan shampo. Aku juga tak habis pikir kenapa dia selalu membuntutiku. Mungkin, supaya dia semakin terlihat jauh lebih bling bling disandingkan bersama cewe serba standar bahkan di bawah garis standar sepertiku.
“Vel, ntar aku ajak ke mal mau nggak??”, tanyanya sambil menggandeng tanganku. Baiklah Medi, aku tau maksudmu. Menggandengku seperti ini untuk memamerkan kulit mu itu dengan kulit gelap korban terik matahari saat nungguin angkot sepertiku ini,.
“Ehm, nggak bisa Di. Sory. Aku mau langsung pulang aja.” jawabku sambil berusaha melepaskan gandengan tangannya.
“Ayolah, Velna. . . .aku nggak pernah liat kamu jalan jalan, apalagi gabung bareng temen-temen. Kamu napa si Vel. . .”
“Aku malas melihat tatapan kalian terhadapku.”, batinku.
“Owh, nggak papa Di. . . .sori ya Di. Aku nggak bisa. . .”. Medi membuatku semakin tidak nyaman. Aku segera pamit dan buru buru pergi sebelum dia mengajakku lebih parah lagi. Misalnya, ke pesta dengan memakai gaun selutut dan bagian atas yang terbuka. Aku masih doyan nasi. Namun, Medi menarik tanganku.
“Kali ini saja Vel.”
Sepulang sekolah dia mengajakku ke mal. Entah apa lagi yang akan dia perbuat untuk membuatku malu. Kami berjalan melewati penjual koran. Terlihat seorang cewek, yang duduk di samping dagangannya dan asyik bercanda bersama teman temannya. Tunggu, aku melihat ada sesuatu yang beda darinya. Kulitnya tampak tidak rata. Banyak sekali bercak putih kemerahan di sekujur badannya. Teman di sebelahnya berjalan dengan tidak biasa. Tampak tulang kaki kanannya membengkok sehingga membuat dia berjalan pincang. Tiba tiba jantungku berdenyut kencang. Sangat kencang. Aku merasakan ada sesuatu yang ingin sekali meledak di dalam hatiku. Entahlah, apa yang aku rasakan sekarang. Mataku terpaku pada sosok mereka. Bercanda seakan tak punya beban.
“Dik, beli majalah biasanya dong. . .”, kata Medi pada gadis itu. Gadis yang merasa dipanggil segera menghampiri Medi dan mengambilkan majalah pesanan Medi.
“Tumben bawa teman, Kak.”
“Iya ni, kenalin Kak Velna.” Aku hanya menganggukkan kepala dan tersenyum simpul. Dia membalas semyumanku. Matanya terlihat begitu bening.
“Vel, mereka itu penjual majalah langgananku. Aku salut sama mereka. Walaupun dengan tubuh seperti itu, mereka sama sekali tidak malu. Tetap mau bergaul dengan yang lainnya.”
Aku hanya terdiam. Begitu merasa bersalah.
Sepulang dari mal, aku segera mengunci diriku di kamar. Gemericik air dari kamar mandi di samping kamarku seakan mengundangku untuk membasuh wajah dan tanganku. Bersujud dan meminta ampun dengan keluhan keluhan konyolku selama ini. Bersyukur dengan begitu banyak rahmat yang dialirkan untukku. Menangisi setiap kata kata kotor yang bermunculan di pikiranku selama ini.
Saat aku pulang sekolah. . .
“Vel, sendirian di sini. Angkotnya pasti penuh. Bareng aku ajah gimana?”
“Ehm, boleh juga. Gimana kalau kita makan dulu di situ. Es buahnya enak.” Tampak Dika memandangku heran.
“Weks, ni cewek emang bener bener jelek. Jerawat nemplok di mana mana lagi. Ngeri. . .”
“Diam!!! Cukup Vel! Cukup hasutan hasutan setan seperti itu. Aku ingin berubah. Bukan lagi Velna dengan pikiran pikiran kotornya.”
Dika mengangguk dan tersenyum manis sekali. Dia menyodorkan helmnya dan aku segera naik. Ku lihat dia tersenyum lewat kaca spionnya. Aku berbalik tersenyum. Tak ada umpatan. Tak pernah Dika bilang ada bisul di pipiku. Medi tak pernah bilang aku kayak balon mau pecah. Akbar tak pernah bilang aku peternak jerawat. Pikiran kotorku yang mengatakan itu semua. Dan mulai sekarang, akan aku bungkam. Aku adalah Velna Ayu Rosmayanti yang walaupun gendut, tapi sehat. Walaupun item, tapi tak punya penyakit kulit. Dan masalah jerawat, akan segera aku tuntaskan di dokter ahli kulit. Masalah gendut, aku akan melakukan diet sehat. Semuanya akan baik baik saja kalau aku mau bersyukur. Menerima aku apa adanya. Mencintai diri sendiri, dan aku yakin suatu saat, akan ada yang mencintaiku, apa adanya diriku. Aku bahagia dengan apa yang aku punya. Yeah!

berlumur dosa

Saat ku membuka mata di pagi hari,
Bersama terbitnya mentari,
Bersama indahnya langit di ujung sana,
Bersama burung burung bernyanyi dengan bahagia,
Bersama segala anugerah yang Dia curahkan,
Bersama setiap suka yang aku harapkan,
Ku dirundung dosa.



Di setiap nafasku,
Setiap jejak kakiku,
Setiap aliran darah yang menjalar di tubuhku,
Ku berlumur noda.

Begitu banyak berkah yang Engkau alirkan,
Begitu banyak dosa yang aku lakukan,

Sifat sifat binatang yang bersemayam,
Emosi yang selalu bergentayang,
Segala rasa yang membuatku seakan binasa tanpa asa.

Sungguh ku tak ingin menjadi seonggok daging hidup,
Dengan gumpalan darah busuk di dalamnya,
Don’t drag me to hell!

Sungguh ku ingin menjadi seperti mereka,
Berbalut baju-Nya,
Ingat kepada-Nya di setiap detak dan detik,
Bersyukur di setiap aliran darah yang mengalir,

Sungguh ku tak ingin berucap sepahit racun,
Sungguh ku tak ingin berulah sejalang wanita penghibur,

Hanya saja, terkadang emosi yang bertahta,
Iman dan akal sehat terasa begitu tak bermakna,

Tak pernah tahu, kapan waktuku kan terhenti,
Saat teman sejati hanyalah amal,
Saat teman sejati tinggalah sepi,
Saat alunan detak jantungku,
tak bertahan melawan waktu,

Tak ada yang abadi, hidup di sini,
Tak selamanya kita bisa bernyanyi,
Tak selamanya kita bisa membuka mata di pagi hari,
Tak selamanya kita bisa memandang sang mentari,
Saat jantung tak lagi berirama,
Dan hanyalah sunyi yang tersisa.

(06.00, 21 desember 2009 pas pikiran lagi isa mikir bener. Itung itung ngiling2 awakku, ben mlaku ning dalan sing becik. Insya Allah. . . .heu8. )
just wanna be good child for my parents,
just wanna be good grandchild for my grandparents,
just wanna be good friend for my friends,
just wanna be good girlfriend for my boyfriend,
just wanna be good girl.
Before my time is up

Minggu, 03 Januari 2010

proud to be indonesian





Banyak yang bilang, Indonesia = dimana kemalasan merajalela

Indonesia = negara orang2 ndesa,

Saat artis2 yang pergi ke luar negeri, maka berkatalah mereka,

“waw, kotanya tu bersih gila! Ga ada sampah sama sekali! Nggak kayak Indonesia!!”

“ Aku isa bebas pake bikini lari pagi di jalan kota. Nggak kayak di Indonesia, pake rok mini sepantat ajah dilirik lirik ma pada nyebut Astaghfirullah!”

“ bar ato pup isa buka everywhere, ga pake dilarang2 mu ngapain ajah. Nggak kayak di Indonesia. Bar yang kebocoran kalau nampilin mbak2 telanjang joget yahud langsung didemo ma disegel paksa ma orang2!”



Wedew, kayaknya negara tercinta ini ga banget gitu. . . .Ada yang bilang,

“ Loe ngaret banget sih, Indonesa banget sih loe!”

“ Malesan banget ni orang, dasar sifat dasar orang Indonesa!!”

“Capa de yah, ni semua stasiun tipi di Indonesia kok cinta cinta an ma porno porno an sih. Indonesia . . .indonesia. kapan majunya orang Indonesia kalau tontonannya kayak gini???”

wait, yang bilang Indonesia (bukan Indonesa ya!) kemproh, orang Indonesia sendiri. yang bilang ngaret ntu hobyna orang Indonesia, orang Indonesia sendiri. Padahal yang ngatain kemproh, yakin uda buang sampah di t4 sampah?? Yang bilang ngaret, yakin ga pernah telat?? Uke2, emang sebagian orang benar adanya seperti itu, tapi tiap nyebut Indonesia, kesannya semua orang Indonesia nggak bener. Iya nggak??

Orang indonesia nyemooh orang Indonesia, bukannya ngehina sodara sendiri?? ngehina diri sendiri?? Rumah sendiri??

Well, kelemahan atau pun keburukan ntu emang lebih gampang diliat daripada yang namanya kebaikan. . . .

Misal ni ya, kebaikan ntu air jernih, dan keburukan ntu setetes darah, mau banyak kayak apa ntu air jernih, kalau uda ditetesi darah, udah ga bening lagi. Namanya uda ga air jernih lagi.

Katana setitik nila, rusak susu sebelanga??

Coba de, resapi, hayati, rasakan, betapa beruntungnya kita menjadi orang Indonesia. . .

Negara yang dikenal dengan ijo royo royo. . .gemah ripah loh jinawi. . .

- satu lingkungan kenal semua. Tiap ada event, kayak pengajian, yasinan, genduren, lomba agustusan, ngerayain hari raya kayak idul fitri, natalan dll, semuanya kumpul. Teu khan, “makan nggak makan yang penting ngumpul”??

Teu jujah khan, “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”?? hush!!! Jangan diplesetin jadi “ Bersatu kita runtuh, bercerai kawin lagi!!”

Coba deh, bandingin ma negara maju yang mungkin bikin kamu termehek2, kayak Amerika. Orang Cuma dibatesi tembok ajah isa isa nggak kenal. Kaya sih kaya. Sayang, kaya harta, miskin hati. Kalau kita, satu desa ada yang masak enak, baunya isa sampai ke tetangga. La wong bagi bagi ma tetangga, ya baunya jujah ikut toh. Nggak harus kaya, asal bahagia. Well, walau sekarang orang2 kota besar sana, udah menyerupai orang2 Amerika.besides it, Liatlah, gotong royong tumbuh subur di negara kita. Tenggang rasa atau pun tepa slira merajalela. Suka trenyuh liat sifat baik mereka. Ada bapak sore2 liat aku ma muka kucel masi dibungkus seragam putih abu abu kayak orang nggak tidur seminggu, berdiri kayak patung mu ambruk di terminal, tiba2 dia berhenti, tanya rumahku mana. Kira2 begini. . .

“ bali ning ndi nok??” “pulang kemana, nak??”

“Kurahan ngandap, pak. . .” “Kurahan bawah, pak. . .”

“Owh, aku bedono. Yo ayo, bareng aku wae, kan yo nglewati. Wes sore, angel nggolek angkot.” “Owh, aku Bedono. Ayo, bareng aku aja, aku kan ntar nglewati situ.”

“Tornuwon, pak. Mboten usah. . .” “makasih pak, tidak usah repot repot. . .”

Ya, motor nya emang nggak bagus, tapi hatinya. . . .melebihi bagusnya mobil honda civic plus body kit.




- Tiap aku naek angkot, pasti ada mbah2, budhe2, tante2, om2, atau mbak2 (kalo mas2, ntar aku malah GR.heu8) nyapa. Entah tanya mau kemana, kadang tanya anaknya sapa kalau udah bincang2 cukup lama. You see?? Satu dengan yang laennya begitu ramah. Kenal juga nggak. Tapi, bukannya SKSD ya. . .ni lah nilai plus2 budaya kita. Coba de simak, tiap turis datang ke Indonesia, they will say. . .

“ I like Indonesia, the people are completely nice and friendly.” Begitulah kira kira. . .

karena memang ntu tidak berlaku di negara mereka. Okelah, di negara2 maju mungkin nggak ada angkot buntut kayak yang aku naiki tiap hari. Mereka naeknya busway, atau canggihnya lagi kereta bawah tanah yang super cepat. Mak wuzzz. . . .

Tapi, sepiiii. Diam dengan pikiran masing2. . .tiap aku naek bis, terus ada nenek2, pasti ada yang ngasih t4 duduk, sala satunya ya ini ni. . .dek meykke. Wehehehe.( guyon guys. . . .tapi tenan =D). tapi, aku jujah s4 prihatin. Pernah ada mbah2 naek bis, ntu khan penuh, tapi kok ya nggak ada yang ngasihin t4 duduk. Ada yang sibuk pura2 tidur, ada yang gy daydreaming. . . .ckckckc. Lets say this together, Masya Allah. . . .




-Lihatlah wahai sahabatku setanah air. Kanan kiri depan belakang kita benih tumbuh dengan suburnya. Mau beras?? Berhektar hektar sawah terbentang (pray to God: semuga sawah ga dijadiin bangunan2 mewah). Mau ikan, kepiting, atau bahasa gaulna seafood??? Look at our great ocean. Mau daging ikan, sapi, kerbau, domba, bahkan kalau tega jujah kucing, anjing, tikus ada buat dimakan(tapi, yang aku sebutin terakhir haram hukumna. Big no no. . .) peternakan menjamur, iklim mendukung. Mau sayur sayuran?? Kubis, bayam, kangkung, sawi,??? Suburrrrr di tanah air kita. Apalagi??? Pertambangan pun tak kalah hebatnya. Penambangan baik tradisional ataupun skala besar nan modern ada di Indonesia. Apa yang tidak ada?? Kekayaaan alam melimpah ruah, tambang2 bagai harta karun yang siap dikeruk dan disulap menjadi pundi2 uang.

Give thanks to Allah.

Indonesia bukanlah hamparan gurun pasir yang panas,

Bukan daratan kering yang menyesakkan,

Juga bukan timbunan salju yang membekukan.

Indonesia itu kaya. Tapi, kenapa sebagian besar rakyatnya bisa dibilang miskin?? Sebagai generasi muda, itulah yang harus kita pikirkan.


- Bukan hanya kaya harta alam, tapi juga harta budaya.

Lihatlah, kawan! Saking kayanya, ada juga negara syirik, trus nyuri, eh, bilang ma orang2 sedunia kalau nenek moyangnya dia yang bikin itu budaya.

Semuga Allah mengampunimu, wahai negara tetangga!!

We are so rich, we are solid! We have to be proud of it!!

Anehnya ni ya, jiwa nasionalisme kita berada di rating tertinggi kalau uda dipancing dulu. Liat ajah, dulu emang ada anak muda pakai batik?? Noone.

Yang kunolah, ga gaul lah, ndeso piye gitu, kayak mbah2. but, now?? Whats going on??? Saat dari ujung kaki mpe ujung kepala ada ajah yang motifnya batik. Ada sendal, gelang, celana n baju, tas, dosgrip, topi, jilbab, jaket, jumper, kemeja, gaun, wele2. . . . semuanya ingin menunjukkan, ini lho batik. . . . kebudayaan asli Indonesia. Tapi, setelah diakui oleh negara tetangga. Sekarang, coba kalau nggak diakui negara tetangga. Apa iya, batik yang dulu nggak banget, sekarang jadi subur menjamur??? Bahkan, ada artis yang bikin kaos bertuliskan “ I Love batik”. Apa bener, kalau batik nggak dipoklamirkan jadi milik tu negara tetangga???

Itulah yang harus direnovasi dari akhlak kita. Wuih, akhlak, kesannya berat banget! Hal hal yang indah, unik, etnik, berseni super tinggi dengan segala filosofi indah di dalamnya harus dengan penuh kesadaran dilestarikan. Aku pernah liat di TV. Batik itu mempunyai filosofi yang patut diacungi jempol. Begini ceritanya: batik, bermula dari kain putih polos. Seperti halnya bayi, yang baru membuka mata untuk pertama kalinya di dunia ini. Bayi yang belum tau apa apa. Segaris demi segaris, dibentuklah pola itu. Sedikit demi sedikit, bayi diajari tentang hidup. Makin lama, garis yang ada makin rumit, banyak warna bermain di atasnya, bercampur campur. Manusia yang semakin dewasa, semakin malakukan banyak hal, dosa atau pun pahala. Sampai akhirnya, kain yang sudah berpola, bergambar, di rebus di air mendidih. Sama halnya manusia yang sudah begitu mencicipi garam kehidupan, pada akhirnya akan di bersihkan dosanya. Dimana lagi kalau bukan di panasnya api neraka?? Hingga akhirnya, sehelai kain batik menjadi indah, dan berkarya seni tinggi. Awesome story! Liatlah, betapa negara tetangga termehek mehek dengan budaya indah yang kita miliki. Begitu juga dengan beratus ratus tarian yang dilahirkan di Indonesia. Siapa lagi kalau bukan kita, generasi Indonesia tercinta yang mempertahankan itu semua ada??? Sebagai warisan luhur nenek moyang kita. Anak anak bule ajah belajar gong, rebab,




-Mungkin, ada beberapa di antara kita yang ngeluh.

“Napa sih ni orang orang Indonesia, baju ajah dikasih aturan. Baju itu khan cara mengekspresikan diri, suka suka aku dong pake baju apa aja, badan badan aku. Kalau emang dosa, juga yang nanggung aku.”

“UU Pornografi dan pornoaksi?? Apaan sih tu, nggak mutu banget. Munafik banget orang orang yang buat. Secara hare gene, baju aja diatur?? Pliss de. . . .”

Baiklah, itu beberapa celotehan orang Indonesia, especially women. Merasa diintimidasi karena baju aja diatur sama negara, atau kalau pun nggak diatur, tiap pake baju hot, jalan di jalanan banyak yang siul siul. Yang nggak bisa siul pun jadi bisa siul.

Di berita pun, bar yang ke gap ngadain mbak mbak telanjang joget yahud pun juga terus disegel, panti pijat yang ketahuan nggak Cuma pijat juga di segel.

Sesungguhnya, sebagai kaum hawa, kita wajib bersyukur dengan segala tetek bengek aturan itu. Kita sama sama tahu, baik buruknya diri kita dipengaruhi juga dengan lingkungan. Lihat lah negara barat yang mewajarkan sex before married. Hilang keperawanan bukanlah hal yang tabu, malah dianggap dewasa, ada juga yang malah kalau belum melakukan hubungan intim dianggap nggak gaul. Zina dikembangbiakkan. Let’s say this, Masya Allah. . . .


bersambung~